Mendorong Guru Supaya Mencintai Museum

Pengakuan jujur terucap dari Menbudpar Jero Wacik. Katanya, seperti dilansir BeritaDaerah, 90% museum di tanah air tak layak kunjung. Artinya, hampir semua museum di negeri kita, yang nota bene dikelola pemerintah, buruk kondisinya.

Pak Menteri pun lalu menetapkan tahun ini sebagai Visit Museum Year. Museum, katanya, harus mulai dikembangkan sebagai gudang inspirasi dan tempat belajar yang berharga. Sebab melalui museum, sejarah peradaban bangsa dapat dilihat perkembangannya.

Selintas aneh memang. Disatu sisi kondisi museum-museun di negeri kita disebut tak layak dikunjungi. Tapi di sisi lain, tahun ini ditetapkan sebagai Tahun Kunjungan Museum. Pertanyaannya, apa yang akan didapatkan pengunjung kalau museumnya sendiri tidak menarik? Mestinya kan, menurut saya sih, tata dulu museum-museum kita. Danai museum-museum itu oleh pemerintah sebagai investasi jangka panjang. Kalau keadaannya sudah bagus, baru tetapkan Tahun Kunjungan Museum.

Tapi mungkin saya terlalu awam untuk memahami maksud sesungguhnya dari ucapan Menbudpar itu. Boleh jadi kementerian yang beliau kendalikan telah memiliki program yang jelas untuk memuluskan Visit Museum Year itu.

Yang jelas saja memang, sepanjang penglihatan saya, anak-anak dan remaja kita kelihatannya kurang menyukai museum. Hal ini seolah mendapat dukungan dari para gurunya di sekolah dan juga para orang tuanya.

Di daerah saya misalnya – saya kira juga terjadi di daerah lain --, sangat jarang sekolah melakukan studi tur ke museum. Apa yang disebut studi tur oleh sekolah, tak lain berkunjung ke tempat-tempat wisata di luar daerah, bahkan di luar provinsi.

Padahal museum sebagai salah satu pusat pembelajaran yang amat bernilai, tentu akan sangat bernilai pula bila dikunjungi oleh anak-anak sekolah. Apalagi bila kunjungan anak-anak ke museum itu disertai dengan tugas-tugas tertentu yang harus dikerjakan si anak selama dan sesudah berkunjung ke museum.

Para pendidik kita tentu bias merancang program studi tur semacam itu, sehingga hasilnya akan sangat membantu siswa dalam memahami sesuatu.

Karena itu, barangkali, yang perlu lebih dulu ditanamkan adalah mendorong agar para guru kita mencintai museum, dan kecintaannya itu ditularkan kepada anak didiknya, serta direalisasikan dalam studi-studi tur. Ini tentu akan banyak manfaatnya ketimbang melulu berwisata-ria.

Atau, terkait Tahun Kunjungan Museum, saya ingin juga menyarankan kepada Menbudpar, agar Tahun Kunjungan Museum itu dikoordinasikan dengan Mendiknas, agar Mendiknas nanti membuat semacam anjuran agar sekolah-sekolah di negeri kita, pada saat liburan semester, melakukan studi tur ke museum-museum terdekat.

Tahun Kunjungan Museum memang perlu kita dukung.

1 komentar:

kibagus mengatakan...

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai sejarah bangsanya sendiri.....!!
sepertinya kita harus banyak belajar agar bisa menjadi bangsa yang besar...?!

Posting Komentar