Pangandaran Telah Kembali Pulih


Sekitar lima tahun lalu, pantai Pangandaran porak-poranda diterjang tsunami. Selain menelan puluhan korban jiwa, infrastruktur dan akomodasi wisata juga rusak berat. Belum lagi hancurnya puluhan perahu nelayan. Pangandaran saat itu benar-benar berduka. Bahkan untuk beberapa waktu, wisatawan enggan datang ke sana, karena khawatir kembali terjadi tsunami.

Sekarang Pangandaran telah pulih kembali. Terjangan tsunami, hampir tak berbekas. Malah mungkin orang takkan tahu kalau Pangandaran pernah dihantam tsunami seandainya di sana tidak ada menara peringatan dini tsunami dan sejumlah papan pengumuman yang berisi petunjuk praktis untuk menyelamatkan diri kalau tsunami tiba-tiba datang.

“Kami bersyukur Pangandaran telah pulih. Rekonstruksi yang dilakukan pemerintah pasca tsunami, terbilang cepat, sehingga Pangandaran bisa kembali menjadi daerah tujuan wisata andalan di Jawa Barat,” ungkap salah seorang pengelola hotel di pantai Pangandaran.

Bukan hanya itu. Beberapa pasilitas baru, sekalipun sederhana, kian mempercantik pantai yang berlokasi di Ciamis selatan, Kabupaten Ciamis itu. Antara lain tembok panjang di pantai timur Pangandaran. Tembok yang dibentuk menjadi bangku panjang itu, sebelum badai tsunami, tidak ada. Sekarang kita bisa duduk-duduk di sana sambil menikmati panorama laut.


Apalagi bila pagi hari, sambil duduk santai kita bisa melihat indahnya sunrise. Bagi yang suka kopi, kita juga bisa memesannya kepada pemilik kios yang berada persis di belakang bangku panjang itu, lalu meneguknya seteguk demi seteguk seraya menatap sang surya yang terbangun dari tidurnya di ufuk timur.

Hanya saja keindahan matahari terbit itu, sangat tergantung kepada cuaca. Ketika saya di sana, Jumat dan Sabtu pekan lalu, cuaca pagi hari sedikit berawan. Sorot mata sang surya, agak terhalangi, sehingga keindahan sunrise pun kurang sempurna. Tapi cukuplah untuk mengobati kepenasaran bagaimana sih indahnya matahari terbit di pantai Pangandaran.

Ingin lebih? Sunset namanya. Inilah uniknya pantai Pangandaran. Selain bisa menikmati matahari terbit, kita juga bisa menikmati matahari terbenam di pantai barat Pangandaran. Detik-detik sang surya kembali ke peraduannya, menyulap cakrawala menjadi pemandangan teramat indah. Begitu juga semburat lembayung di atas gelombang laut, sungguh sebuah panorama yang sulit dilupakan.

Di pantai Pangandaran kita memang memungkinkan bisa melihat sunrise dan sunset. Sebab pantai itu merupakan sebuah tanjung yang menjorok ke selatan. Bentuknya seperti guci terbalik. Bagian yang gemuk berada di ujung tanjung, dan merupakan sebuah kawasan wisata hutan lindung. Sedangkan bagian lehernya, yang kalau diukur mungkin lebarnya sekitar 600 meter, merupakan kawasan wisata umum.

Di kedua sisi leher itulah masing-masing lokasi pantai timur dan pantai barat Pangandaran. Dan kalau diukur dengan waktu tempuh jalan kaki, dari pantai timur ke pantai barat itu hanya membutuhkan waktu tak lebih dari 10 menit.

Kondisi masing-masing pantai, juga berbeda. Pantai barat merupakan pantai landai dan berpasir. Karena itu pantai yang diijinkan untuk renang, hanya pantai barat. Sedangkan pantai timur, terlarang untuk kegiatan renang. Selain lautnya dalam, juga bibir pantainya merupakan bangunan panjang pemecah gelombang yang dibentuk dari bongkahan-bongkahan batu pecah, sehingga bisa membahayakan keselamatan kalau kita berenang di sana lantas terbawa arus hingga menabrak batu-batu pemecah gelombang itu.


Sebagai tempat liburan keluarga, Pangandaran juga memiliki daya tarik lain dengan kehadiran para nelayan di dua sisi pantainya. Kita bisa melihat bagaimana para nelayan bersiap-siap untuk berangkat melaut, dan ketika kembali ke darat, kita bisa melihat ikan-ikan hasil tangkapannya.

Hanya saja daya tarik Pangandaran yang satu itu, tergantung musim. Pada musim paceklik, nelayan Pangandaran jarang melaut. Seperti ketika saya berkunjung sana. Ikan-ikan di laut, kata nelayan setempat, sejak empat bulan lalu sulit ditangkap. Makanya perahu nelayan lebih banyak yang ditambatkan di pesisir.

“Entah ke mana perginya ikan-ikan itu. Mungkin ngumpet di batu-batu karang, atau mungkin hijrah dulu ke tempat lain. Rasanya menangkap seekor pun, sulit. Tapi kami tetap yakin, musim ikan akan kembali ramai setelah memasuki musim kemarau, mungkin dalam satu atau dua bulan ke depan,” ujar nelayan itu seraya menambahkan, saat musim ikan, keramaian nelayan yang berangkat dan pulang melaut, akan menjadi gambaran pantai Pangandaran sesungguhnya.

Namun begitu, jangan khawatir. Dimusim paceklik pun, oleh-oleh khas Pangandaran yakni jambal roti, masih dengan mudah kita peroleh, dengan harga yang relatif murah pula. Penjaja ikan keringan, banyak menjajakan dagangannya di depan hotel. Kita tinggal milih dan pandai-pandai menawar. Atau kalau kurang yakin dengan kualitas jambal roti yang dijajakannya, kita bisa datang ke pasar. Di situ banyak toko ikan asin, yang semuanya juga menyediakan jambal roti.

Itulah Pangandaran.
Ya, Pangandaran yang ingin menjadi daerah mandiri alias memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis itu, kini memang telah bangkit kembali. Wisatawan yang datang ke sana, tak terhitung. Apalagi disaat liburan panjang, pantai Pangandaran benar-benar ceria. Hotel dan penginapan penuh. Sehingga untuk bisa menginap di sana disaat liburan panjang, sebaiknya booking kamar beberapa hari sebelumnya.

1 komentar:

NENSA MOON mengatakan...

Senangnya... mendengar pangandaran telah kembali pulih...
benar sekali pemandangan sunset-nya di sana begitu indah...
apalagi jambal rotinya... setiap kali bermain kesana oleh2 yg ini yg paling kami cari... hihi...maklum kami ni asli penggemar asin jambal roti,yg kalo dimakan bersama sambel tarasi n lalab daun singkong...waah pastinya pedo elom...haha... (yg ngarti bhs ieu pasti cuma pa asep doang...!!)
Thx Pa Asep ats postingannya...

Posting Komentar